Dokumen Tertanggal Selasa 11 November 2008
Sumber : Issu.com/ RADAR SEMARANG
Pemilihan ketua OSiS ala MAN Demak yang Disetting Mirip Pemilu Sesungguhnya Peralatan Pinjam KPUD, ada Fit and Proper Test
MAN Demak memberi contoh pada rakyat dan politisi untuk berdemokrasi dengan nurani, bukan dengan iming-iming uang. Pemilihan ketua OSIS dilakukan dengan sistem pencoblosan langsung. Sebelumnya, dilakukan fit and proper test (uji keayakan dan kepatutan) yang jauh dari aroma sogok-menyogok.
WAHIB PRIBADI, Demak.
Belajar Berdemokrasi, Suasana Pemilihan Ketua OSIS ala MAN Demak |
ADA yang berbeda di halaman Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Demak di Jalan Jogoloyo, Kecamatan Wonosalam. Tak seperti biasanya, di sebagian sudut pelataran sekolah yang memiliki luas sekitar setengah hektare itu, dipasang terob. Juga dilengkapi meja dan kursi. Ada pula peralatan pemilihan lengkap seperti bilik suara dan kotak suara terbuat dari alumunium. Bagian kotak suara itu secara jelas tertempel tulisan logo KPU.
Di bawah logo KPU, ditempeli pula kertas putih memuat logo Departemen Agama. Perlengkapan pemilihan tersebut dipasang oleh para siswa sedemikian rupa. Sehingga mirip pemilu atau setidaknya mirip gelaran pilkades yang sebelumnya marak dilaksanakan di desa-desa di Demak. Menariknya, baik bilik maupun kotak suara tersebut merupakan pinjaman dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) setempat. Ya, siapa sangka para siswa yang bergerombol di halaman sekolah itu sedang sibuk menyiapkan proses pemilihan ketua OSIS di sekolah mereka. Pihak KPUD rupanya mengapresiasi keinginan para siswa yang ingin memilih ketua OSIS mirip pemilu. Setidaknya itu bisa dilihat dari peralatan pemilihan yang disiapkan maupun proses penjaringan calon yang dimirip-miripkan dengan pemilu sesungguhnya. Salah satu pembina OSIS MAN Demak, Wahyu, pihaknya meyakini model pemilihan OSIS baru kali pertama ada, utamanya disekolah-sekolah di Demak. Karena itu, MAN lebih dulu mengawalinya.
“Sebelumnya pemilihan ketua OSIS hanya melalui proses biasa ditunjuk oleh tim atau panitia. Tapi agar tingkat tanggung jawab ketua yang terpilih nanti lebih baik bagi organisasi, maka ada ide untuk membuat pemilihan seperti proses pemilu secara demokratis ,” ungkap alumnus IKIP PGRI Semarang ini.
Wahyu yang menjadi guru di MAN tersebut mengatakan, pendidikan demokrasi bagi siswa setidaknya telah diimplementasikan pada pemilihan ketua OSIS di sekolahnya. Proses yang dijalankan mengacu proses pemilu legeslatif maupun pilpres. Dalam menentukan kandidat, lanjut dia, berbagai tahapan harus dilalui. Di antaranya, panitia pemilihan mensyaratkan agar kandidat ketua OSIS yang diusulkan harus direkomendasikan oleh wali kelas masing-masing dan telah memiliki sertifikat Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Terpenting, kata dia, dalam pemilihan ketua OSIS, tak boleh ada kandidat independen. Proses lainnya, saat penjaringan bakal calon misalnya, maka setiap kandidat diuji melalui mekanisme fit and proper test. Itu dilakukan untuk mengetahui secara langsung kemampuan serta ilmu kepemimpinan dari para kandidat yang turut menjalani tes tersebut. Setelah tahapan itu dilalui, menurut Wahyu, maka tahapan berikutnya adalah pemaparan visi misi, serta debat kandidat.
“Semua proses itu diikuti para calon ketua OSIS,” katanya. Baru setelah itu, masing-masing kandidat diberikan kesempatan untuk melakukan kampanye di ruang kelas. Mereka roadshow dari satu kelas ke kelas lainnya untuk menjaring suara saat pemilihan. Yang menarik, setiap kandidat juga memiliki tim kampanye. Tim tersebut dibentuk agar kampanye bisa berjalan maksimal. Tim harus mampu berusaha keras memengaruhi pemilih dari kalangan siswa dengan program yang disusun kandidat. Tujuannya, agar dalam pemilihan, mereka memilih kandidat yang dijagokan tersebut.
“Kemudian, setelah ada kampanye, proses menentukan selanjutnya adalah mengikuti tahapan akhir yaitu pemilihan secara langsung. Siswa yang memiliki hak pilih dipersilahkan melakukan pencoblosan langsung di bilik suara serta memasukkan surat suara ke kotak yang disiapkan sebelumnya,” jelas Wahyu. Sementara itu, setelah proses pemilihan selesai, di akhir pemilihan, salah satu kandidat, Nur Rokhim, akhirnya terpilih secara demokratis sebagai ketua OSIS MAN Demak.
Seperti proses pemilihan yang disiapkan sebelumnya, Nur Rokhim terpilih sebagai ketua OSIS melalui proses demokrasi layaknya dalam pemilu beneran. Nur Rokhim yang berpasangan dengan Ana Zulfa, berhasil mengumpulkan sebanyak 343 suara dari total suara sebanyak 1.133 pemilih. Sementara pemilih dari kalangan siswa yang tidak menggunakan hak pilihnya berjumlah 134 orang. Sedangkan suara selebihnya yang jumlahnya lebih kecil diperebutkan kandidat lain. Karenanya, dalam pemilihan ketua OSIS secara langsung yang kali pertama digelar itu, pasangan Nur-Ana berhasil mengungguli 5 pasang kandidat lainnya. Yakni, pasangan Budi-Sukardiyanto, Mustaqim-Uzlifah, Novita-Septya, Baihaqi-Baroroh dan pasangan Anhar-Zamzami.
Mereka semua berasal dari kelas 11 (kelas 2) yang sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MAN Demak, H Sodiq menuturkan, pemilihan secara langsung ketua OSIS itu merupakan implementasi kurikulum tetap satuan pendidikan (KTSP). “Sekaligus sebagai wahana pendidikan demokrasi kepada anak didik, serta memberikan pelatihan berorganisasi secara benar.” Dengan cara begitu, menurut Sodiq, ketua OSIS terpilih, Nur Rokhim diharapkan benar-benar mampu mewakili rekan-rekannya untuk membawa iklim lebih baik di dalam organisasi kesiswaan ke depan. Menurut Sodiq, metode pemilihan secara langsung itu diterapkan menyusul kebijakan pemerintah yang juga memberlakukan pemilihan langsung untuk memilih pemimpin masyarakat, baik kades, bupati, gubernur maupun presiden. “Apalagi, sebagian besar siswa juga telah terdaftar sebagai pemilih pemula pada pemilu 2009 nanti. Jadi pemilihan ketua OSIS ini juga sekaligus sebagai simulasi atau pembelajaran bagi siswa menjelang pemilu legislatif dan presiden nanti.” (*/isk)
Post a Comment